Surabaya- Naiknya permukaan air laut akibat perubahan iklim serta tata ruang wilayah yang amburadul mengancam keberadaan Indonesia sebagai negara kepulauan. Bila sebelumnya, Jakarta diprediksi bisa tenggelam di 2012, kini pulau Bali pun diperkirakan akan tamat pada 2050 nanti.
Tak hanya itu, pulau Sumatera dan Jawa pun potensial hilang atau kondisi terbaik, terbelah menjadi beberapa bagian. Pulau Madura di Jatim dengan kondisi geografis mirip dengan Bali menjadi target utama naiknya permukaan laut.
“Tapi contoh nyata tersebut tidak juga membuat mata manusia sadar dan segera mengubah pola hidup mereka. Selain itu, selama industri masih membuang emisi karbonnya ke atas langit, maka pemanasan global akan semakin parah, berita banjir bandang, tenggelamnya pulau akibat naiknya air laut, dan banyak lagi akan semakin sering jika dengar,” ujar Ketua Dewan Lingkungan Hidup Jatim, Latief Burhan, Senin (9/5).Tidak hanya pulau kecil, Bali dan Madura, Pulau Jawa dan Sumetara yang kontur daratannya cukup rendah dari permukaan air laut juga bisa tenggelam.
Sebelumnya, Kepala Dinas Pekerjaan Umum Bali, Dewa Punia Asa mengatakan, "Ya, Pulau Nusa Penida adalah pulau yang paling rentan terkena dampak perubahan iklim di Bali. Rekomendasi UNFCCC 2007 lalu pulau itu dijadikan pilot project. Bantuan banyak yang digelontor di sana," katanya.
Prediksi Direktur Yayasan Wisnu, I Made Suarnatha bahkan lebih mengerikan. Tak hanya Nusa Penida yang terancam, tapi Bali secara keseluruhan. Jika tak diantisipasi, bencana itu akan datang pada 2050. "Saat itu, air permukaan laut naik 4 meter. Jadi tak hanya Nusa Penida, Sanur, Denpasar dan Bali secara keseluruhan pasti tenggelam," katanya, Minggu (8/5). Sekadar informasi, saat ini garis pantai di pulau Madura khususnya kabupaten Sumenep hanya berada 3 meter di atas permukaan laut.
Sementara, masyarakat Bali pun tak tinggal diam. Ada kampanye Nyepi internasional (world silent day) yang gencar dilakukan aktivis lingkungan hidup sejak beberapa tahun belakangan. Selain itu, adopsi kearifan lokal untuk diakui secara internasional itu terus menerus disuarakan dengan cara menggalang tanda tangan sesuai persyaratan PBB. "Dari hasil pertemuan itu juga ada Bali Map, yang merupakan peta internasional dari Bali untuk memerangi perubahan iklim," paparnya.
Untuk mengetahui lebih detil tentang ancaman tersebut, ia meminta kepada pemerintah untuk konsisten memperjuangkan world silent day agar diadopsi menjadi kebijakan nasional dan internasional. Selain itu, ia juga meminta kepada Pemerintah Provinsi Bali untuk mempertanggungjawabkan hal tersebut dengan cara memberikan laporan resmi terkait tindakan mitigasi perubahan iklim yang telah dilakukan. "Itu saja dulu yang mesti dilakukan. Kalau berhasil, meski hanya menambah waktu saja, tetapi kita telah berbuat banyak dan sangat berarti untuk Bali, Indonesia dan dunia internasional," tegasnya.
Selain Nusa Penida, data Badan Riset Kelautan dan Perikanan DKP mengatakan pada tahun 2030 Indonesia akan kehilangan sekitar 2000 pulau bila tidak ada program mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim. Dalam lima tahun terakhir di Jawa Timur terdapat lima pulau kecil terancam tenggelam akibat naiknya permukaan laut. Sejumlah pulau di Kabupaten Sumenep, Madura, terancam tenggelam. Pulau-pulau itu adalah Gili Pandan, Keramat, Salarangan, dan Mamburit, bahkan pulau Gresik Putih telah hilang sejak 2005.
Sebelumnya, para pakar juga memprediksi 2012 Ibukota Republik Indonesia yaitu Jakarta, akan tenggelam. Prediksi ini bukan tanpa alasan, banyak hal yang mengakibatkan itu semua yaitu pencemaran udara, bertambahnya jumlah kendaraan menjadi sepuluh juta per tahun, ditambah lagi tidak adanya reboisasi atau penghijauan, dan Juga ruang terbuka di Jakarta sudah sangat minim.
Menurut studi Pusat Pengembangan Kawasan Pesisir dan Laut, Institut Teknologi Bandung (ITB), permukaan air laut Teluk Jakarta meningkat setinggi 0,8 cm. Jika suhu bumi terus meningkat, maka diperkirakan, pada tahun 2050 daera-daerah di Jakarta (seperti : Kosambi, Penjaringan, dan Cilincing) dan Bekasi (seperti : Muaragembong, Babelan, dan Tarumajaya) akan terendam semuanya. Sementara, pola pembangunan Sumatera yang mirip dengan Jawa juga potensi menyebabkan dua pulau ini hilang pada 2020 nanti.
Dalam kitab ilmu bumi, pulau jawa luasnya sekitar 129.000 km2. Menurut catatan, dahulu kala pulau jawa bersatu dengan sumatera. Bahkan pada pertengahan zaman Terzier, Nusantara bergabung dengan daratan asia tenggara. Jawa merupakan ujung dari semenanjung Asia Tenggara.
Pada jaman Pleistosin Tengah, es mencapai luas yang paling hebat dan permukaan laut menurun sampai 100 meter. Terjadinya pergerakan kulit bumi dan letusan gunung berapi ikut membentuk daratan. Terjadilah Daratan Sunda di Indonesia bagian barat, Sehingga seperti disebutkan Sumatera, Jawa, Kalimantan dan sulawesi bergabung dengan filipina yang selanjutnya bersatu pula dengan Taiwan di daratan Asia bagian Timur.
Sebuah ramalan tentang tanah Jawa telah ada berabad-abad yang lalu. Khususnya mengenai Kehancuran pulau Jawa setelah Seratus Tahun perang Sabil (hasil ramalan Raja Kediri Jayabaya) kehancuran tersebut karena beragam faktor : letusan gunung merapi sampai dengan tenggelam oleh air bah.
Pulau Jawa pun akan mengalami pergeseran dan pemisahan bagian menjadi sembilan pulau. Hal ini sesuai dengan hukum Geologis, bahwa sewaktu-waktu bumi ini akan mengalami pergeseran, baik akibat Gempa tektonik atau letusan gunung berapi. Adapun faktor penyebab yang menjadi kemungkinan pulau Jawa ini bisa tenggelam dapat saja timbul. Misalnya karena faktor manusianya sendiri, akibat manusia banyak melakukan kejahatan dan dosa besar lainnya. Sehingga energi negatif yang beredar diserap oleh alam pulau jawa yang mengakibatkan ketidakseimbangan pulau Jawa.
Yang menjadi faktor alam adalah adanya pengaruh global yang berupa perubahan iklim dan cuaca sehubungan dengan aktivitas manusia di beberapa negara industri. Penyebaran polusi dan pengrusakan efek rumah kaca telah terjadi selama hampir 300 tahun sejak revolusi Industri. Aktifitas yang demikian itu menimbulkan lapisan ozon berlubang dan semakin hari semakin besar, efeknya adalah radiasi cahaya matahari tidak langsung diserap atmosfir bumi namun langsung jatuh ke bumi, pemanasan global pun agaknya semakin hari akan menjadi kenyataan. Suhu bumi semakin panas. Dikutub efek dari pemanasan ini bisa mencairkan es sehingga menambah volume air laut. akibatnya beberapa kota pantai dunia bisa tenggelam akibat meluapnya air laut. Pulau jawa yang kini memiliki banyak kota pantai akan terkena imbasnya. Bukan musathil suatu saat kota-kota itu akan hanyut tenggelam bila air laut meluap naik ke daratan. Sementara besarnya gelombang yang terjadi akibat Tsunami (seperti di ceh dan Pangandaran) cukup sulit dibendung dan diantisipasi.
Kisah tentang tenggelamnya peradaban-peradaban kuno seperti Benua Atlantik adalah suatu contoh bahwa kekuatan alam tidak bisa dihentikan oleh manusia. Setidaknya harus dengan kesadaran dan niat dari manusia untuk melakukan pencegahan sebelum hal itu terjadi. Semoga pulau Jawa tidak tenggelam seperti ramalan para pujangga tempo dahulu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar