Minggu, 12 Juni 2011

Paradigma Manusia untuk Lingkungan

PERLAHAN namun pasti, degradasi kualitas lingkungan tempat kita berpijak di muka bumi ini lambat laun mengalami tahapan mengkhawatirkan. Bukan tidak mungkin ambang kritis yang tidak diharapkan terjadi seiring berlalunya waktu dan semakin melampaui batas segala aktivitas manusia terhadap lingkungan sekitarnya.
   
Tragedy of The Common merupakan cerita awal di mana lonjakan akan kebutuhan akan manusia semakin meningkat seiring berjalannya waktu. Dalam peristiwa tersebut digambarkan bahwa semua yang ada di bumi merupakan hak kepemilikan privat, yang dapat digunakan sekehendak kemauan manusia, sehingga terjadilah akusisi akan segala sumber daya alam mutlak dikelola manusia. Sebuah langkah konkret yang dapat dilakukan pada waktu tersebut adalah regulasi berupa pembatasan pemanfaatan sumber daya alam di luar kendali.
   
Belum kunjung tragedi itu selesai, timbulah permasalahan baru, dalam sebuah bukunya, Rachel Carson (1962) menulis terkait fenomena alam di saat musim semi, yang kita terkenal dengan judul Silent Spring. Rachel bercerita tentang sebuah sindiran dan kritik sosial terhadap penggunaan pestisida (DDT) yang terjadi di Amerika Serikat.

Fenomena yang terjadi saat itu adalah keadaan di musim semi begitu sunyi. Bagaimana tidak, rantai ekosistem terganggu dengan penggunaan DDT (pestisida). Pada mulanya, pestisida dianggap ramuan ajaib. Namun pada akhirnya, secara sistemik rantai makanan di alam secara siklik lenyap dengan beberapa sebab, salah satunya hilangnya posisi organisme dalam suatu ekosistem.
   
Dari situlah pada 5 Juni 1972 di Stockholm dicetuskan Hari Lingkungan Hidup Sedunia, menimbang telah begitu mengkhawatirkanya keadaan lingkungan hidup di bumi. Hal ini tidak terlepas begitu saja dari pencetusan hari Bumi pada 22 April 1970.

Dari hal di atas kita telah melihat bagaimana para pendahulu aktivis lingkungan telah begitu matang mempertimbangkan dampak kerusakan lingkungan hidup yang terjadi di muka bumi. Sebuah rumusan jangka panjang untuk keberlangsungan hidup anak cucu mereka kelak, telah jauh-jauh hari mengkritisi masalah lingkungan yang niscaya akan terjadi. Lalu sebuah perenungan dalam untuk mentransformasi lebih jauh segala tindakan yang perlu dilakukan pada kurun waktu akhir-akhir ini.
   
Pada era sekarang, problematika lingkungan semakin rumit dan kronis, serta membutuhkan kesadaran semua pihak dalam berpikir dan bertindak cerdas untuk upaya penyelamatan lingkungan. Paradigma yang dikembangkan sekarang, bukanlah lagi lingkungan untuk manusia, namun manusia untuk lingkungan hidupnya. Walaupun pada hakekatnya manusia sebagai pemimpin dan penguasa bumi namun tetaplah memiliki kewajiban dan tugas sebagai penyejahtera alam dan lingkunganya.

Sudah saatnya kita berpikir bijak akan kemampuan bumi dan lingkungan hidup menopang kebutuhan manusia. Bukan hanya dengan cara-cara instan tetapi ruang lingkup yang lebih global dengan tindakan konkret dan pasti (Act Locally think globally). Sebuah langkah kecil namun berarti. Sebuah langkah sederhana namun berkelanjutan dan berkesinambungan. Sebuah gerakan yang memiliki nilai positif dan nyata dalam aplikasinya.
   
Masih ada berjuta optimisme, di tengah keterpurukan kondisi lingkungan hidup yang akut ini. Tentunya kita bukanlah makhluk egois yang tidak mempertimbangkan keberlangsungan masa depan keturunan kita kelak, demi sebuah orientasi jangka pendek semata. Kesejahteraan semu yang tak lestari bahkan dapat dikatakan tidak berkelanjutan.

Gagasan sustainable management untuk segala kegiatan yang dapat berimbas langsung terhadap lingkungan perlu diintensifkan untuk investasi jangka panjang merupakan suatu hal yang tak ternilai harganya. Investasi untuk bumiku sayang.
Chandra Nur Triwiyanto
Jurusan Silvicultur, dan
Ketua Lembaga Eksekutif Mahasiswa
Fakultas Kehutanan
Universitas Gadjah Mada

Perubahan Iklim, Penduduk Bumi Terancam Kelaparan

Jutaan penduduk Afrika dan Asia terancam kelaparan akibat perubahan iklim dan pemanasan global
WASHINGTON - Pemanasan global serta perubahan iklim mengancam jutaan penduduk, khususnya di wilayah Afrika dan Asia, mengalami bencana kelaparan.

Demikian hasil studi Climate Change Agriculture and Food Security (CCAFS) sebagaimana dilansir
Thinq.co.uk, Sabtu (4/6/2011). Penelitian CCAFS ini merupakan kolaborasi riset antara Consultative Group on International Agricultural Research (CGIAR) dan Earth System Science Partnership (ESSP).

Berdasarkan studi itu, negara-negara tropis termasuk Asia Selatan serta Afrika terancam bencana kelaparan akibat gagal panen. Padahal, ratusan juta penduduk yang tinggal di wilayah tersebut saat ini memang sudah mengalami krisis pangan.

Penemuan CCAFS itu didasarkan pada data iklim dari United Nations Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), yang menunjukkan peta negara-negara yang mengalami dampak terburuk.

"Kita akan lebih membuka mata ketika dampak perubahan iklim terhadap pertanian bisa meningkatkan risiko kelaparan dan kemiskinan," ujar ahli ekonomi pertanian Patti Kristjanson dari CCAFS.

Demi menghindari bencana kelaparan, para petani di negara-negara bersangkutan diimbau untuk mengganti tanaman yang membutuhkan banyak air seperti jagung dengan tanaman yang lebih tahan kondisi kering seperti padi dan sorghum.

Namun di berbagai negara seperti Burkina Faso, Nigeria dan Mali yang mengalami krisis
pangan meski telah membudidayakan padi dan sorghum, jelas dibutuhkan sebuah revolusi pertanian untuk menyelamatkan mereka dari bencana kelaparan.

Polusi Udara Perpendek Usia 6 Bulan

Menghirup asap kendaraan bermotor sudah jadi rutinitas sehari-hari, terutama di daerah perkotaan, termasuk Surabaya. Jangan menganggap remeh asap knalpot atau pembakaran yang terhirup karena hasil penelitian mengungkap polusi udara perpendek usia. Duh, menakutkan!
STUDI di Inggris menemukan polusi udara mengurangi harapan hidup rata-rata sebanyak enam bulan. "Polusi lalu lintas mengurangi harapan hidup orang selama bulan," ujar Joan Walley, ketua Komite Audit Lingkungan, seperti dimuat dalam Daily Express, Rabu (25/5).
Kendaraan menghasilkan polutan partikulat (PM10) yang sulit dipangkas penyebarannya. Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa ketika tingkat polusi di udara meningkat, akan diikuti lonjakan kematian dengan masalah paru-paru dan jantung.
Studi terpisah juga menyebut bahwa polusi membunuh 600 ribu orang di seluruh dunia. Temuan juga menunjukkan bahwa satu dari 100 kematian dikaitkan dengan perokok pasif.
Dari semua usia, anak-anak adalah kelompok yang paling banyak terkena polusi dan menjadi perokok pasif. Sekitar 165 ribu anak meninggal akibat polusi, kata peneliti. Meski ada ide untuk melakukan penyemprotan guna memerangkap PM10, namun kampanye mengurangi produksi kendaraan dinilai sebagai solusi utama.
Walley menyatakan, untuk mengatasi penyebab pencemaran udara adalah memperbaiki dan membersihkan sistem transportasi. "Menggunakan semprotan debu untuk meredam polusi di jalan hanya memperbaiki sementara waktu."
Sebelumnya, makalah hasil penelitian yang dimuat harian Evening Standard, Inggris juga mengungkapkan, polusi udara di kota London dapat memperpendek umur warganya hingga 10 tahun."Partikel-partikel debu yang kecil yang merupakan hasil sisa pembakaran mobil dan ozon yang menjadi kambing hitam penyebab gangguan kesehatan yang diderita ribuan orang di ibukota Inggris," demikian dikatakan oleh para peneliti dari perguruan tinggi King`s College.
"Dalam kasus ekstrem ‘masa hidup’ seseorang dapat berkurang hingga 10 tahun ," kata Roy Colville ahli polusi di perguruan tinggi Imperial London yang ikut serta dalam penelitian.""Data statistik telah menunjukkan meningkatnya jumlah warga yang meninggal akibat tingkat pencemaran udara yang tinggi," katanya .
Dengan melakukan pengamatan kualitas udara di 60 titik di seluruh bagian kota, para peneliti menemukan partikel debu yang halus namun sangat berbahaya dan mampu bertahan di udara selama 60 hari pada masa tahun lalu dan tingkat ozone telah melewati ambang batas pada pada tahun 2003.Menurut para ahli lingkungan pencemaran udara London menyebabkan sekitar 1.600 kematian bayi prematur dan sekitar 1.500 pasien terpaksa menjalani rawat inap setiap tahunnya.
Bagaimana kondisi di Indonesia? Deputi Bidang Tata Ruang dan Lingkungan Hidup Ahmad Haryadi, mengatakan Jakarta adalah kota dengan tingkat polusi udara terburuk ketiga di dunia setelah Meksiko dan Thailand.
Direktur Eksekutif lingkungan Hidup Jakarta Ubaidillah, mengatakan, penyumbang polusi terbesar adalah sektor transportasi yang mencapai 70%. Untuk itu, pemerintah didesak menyediakan angkutan massal ramah lingkungan dan segera memenuhi aturan minimal ruang terbuka hijau (RTH) 13,94% dari luas daerah.
Kondisi serupa dialami Surabaya yang taraf polusi udaranya di level mengkhawatirkan. Penyebab utama polusi yang tinggi berasal dari kendaraan bermotor dan industri. Beberapa titik di Surabaya mengalami pemanasan lokal akibat tingginya polusi yang disebabkan asap kendaraan dan industri. Beberapa titik yang rawan menurut Pakar Hukum Lingkungan Universitas Airlangga Suparto Wijoyo adalah Jalan Ahmad Yani, Jalan Wonokromo, kawasan Rungkut Industri SIER, Jalan Mayjen Sungkono serta kawasan Industri Kalianak dan Margomulyo.
Sementara itu berdasarkan keterangan dari kelompok studi lingkungan Ecoton, sumber emisi terbesar berasal dari karbon monoksida (CO) 5.480.000 ton/tahun, partikulat (Pb,Zn, Cu dan Cd) 622.560 ton/tahun, hidrokarbon 310.000 ton/tahun di samping emisi lain seperti Nox dan Sox Emisi pencemar jenis Partikulat (Pb, Zn, Cu dan Cd) berjumlah 622.560 ton/tahun bersumber dari Industri dan transpostasi. Sedangkan emisi Karbon Monoksida(CO) sebanyak 5.500.000 ton/tahun sumber Transportasi (96 persen) , untuk emisi pencemar NoX dan SoX sebesar 10.000ton/tahun dihasilkan sektor industri (88 persen), dan Hidrokarborn yang bersumber dari transportasi memberikan kontribusinya 310.000 ton/tahun. "Dari data yang ada dapat terlihat bahwa penyumbang emisi terbesar adalah sektor transportasi sebesar 96%. Hal ini didukung oleh meningkatnya jumlah kendaraan bermotor di Surabaya dari tahun ke tahun," pungkasnya.


2050, Bali Tenggelam Madura Waspada

Surabaya- Naiknya permukaan air laut akibat perubahan iklim serta tata ruang wilayah yang amburadul mengancam keberadaan Indonesia sebagai negara kepulauan. Bila sebelumnya, Jakarta diprediksi bisa tenggelam di 2012, kini pulau Bali pun diperkirakan akan tamat pada 2050 nanti.
Tak hanya itu, pulau Sumatera dan Jawa pun potensial hilang atau kondisi terbaik, terbelah menjadi beberapa bagian. Pulau Madura di Jatim dengan kondisi geografis mirip dengan Bali menjadi target utama naiknya permukaan laut.
Tapi contoh nyata tersebut tidak juga membuat mata manusia sadar dan segera mengubah pola hidup mereka. Selain itu, selama industri masih membuang emisi karbonnya ke atas langit, maka pemanasan global akan semakin parah, berita banjir bandang, tenggelamnya pulau akibat naiknya air laut, dan banyak lagi akan semakin sering jika dengar,” ujar  Ketua Dewan Lingkungan Hidup Jatim, Latief Burhan, Senin (9/5).Tidak hanya pulau kecil, Bali dan Madura, Pulau Jawa dan Sumetara yang kontur daratannya cukup rendah dari permukaan air laut juga bisa tenggelam.
Sebelumnya, Kepala Dinas Pekerjaan Umum Bali, Dewa Punia Asa mengatakan, "Ya, Pulau Nusa Penida adalah pulau yang paling rentan terkena dampak perubahan iklim di Bali. Rekomendasi UNFCCC 2007 lalu pulau itu dijadikan pilot project. Bantuan banyak yang digelontor di sana," katanya.
Prediksi Direktur Yayasan Wisnu, I Made Suarnatha bahkan lebih mengerikan. Tak hanya Nusa Penida yang terancam, tapi Bali secara keseluruhan. Jika tak diantisipasi, bencana itu akan datang pada 2050. "Saat itu, air permukaan laut naik 4 meter. Jadi tak hanya Nusa Penida, Sanur, Denpasar dan Bali secara keseluruhan pasti tenggelam," katanya, Minggu (8/5). Sekadar informasi, saat ini garis pantai di pulau Madura khususnya kabupaten Sumenep hanya berada 3 meter di atas permukaan laut.
Sementara, masyarakat Bali pun tak tinggal diam. Ada kampanye Nyepi internasional (world silent day) yang gencar dilakukan aktivis lingkungan hidup sejak beberapa tahun belakangan. Selain itu, adopsi kearifan lokal untuk diakui secara internasional itu terus menerus disuarakan dengan cara menggalang tanda tangan sesuai persyaratan PBB. "Dari hasil pertemuan itu juga ada Bali Map, yang merupakan peta internasional dari Bali untuk memerangi perubahan iklim," paparnya.
Untuk mengetahui lebih detil tentang ancaman tersebut, ia meminta kepada pemerintah untuk konsisten memperjuangkan world silent day agar diadopsi menjadi kebijakan nasional dan internasional. Selain itu, ia juga meminta kepada Pemerintah Provinsi Bali untuk mempertanggungjawabkan hal tersebut dengan cara memberikan laporan resmi terkait tindakan mitigasi perubahan iklim yang telah dilakukan. "Itu saja dulu yang mesti dilakukan. Kalau berhasil, meski hanya menambah waktu saja, tetapi kita telah berbuat banyak dan sangat berarti untuk Bali, Indonesia dan dunia internasional," tegasnya.
Selain Nusa Penida, data  Badan Riset Kelautan dan Perikanan DKP mengatakan pada tahun 2030 Indonesia akan kehilangan sekitar 2000 pulau bila tidak ada program mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim.  Dalam lima tahun terakhir di Jawa Timur terdapat lima pulau kecil terancam tenggelam akibat naiknya permukaan laut. Sejumlah pulau di Kabupaten Sumenep, Madura, terancam tenggelam.  Pulau-pulau itu adalah Gili Pandan, Keramat, Salarangan, dan Mamburit, bahkan pulau Gresik Putih telah hilang sejak 2005.
Sebelumnya, para pakar juga memprediksi 2012 Ibukota Republik Indonesia yaitu Jakarta, akan tenggelam. Prediksi ini bukan tanpa alasan, banyak hal yang mengakibatkan itu semua yaitu pencemaran udara, bertambahnya jumlah kendaraan menjadi sepuluh juta per tahun, ditambah lagi tidak adanya reboisasi atau penghijauan, dan Juga ruang terbuka di Jakarta sudah sangat minim.
Menurut studi Pusat Pengembangan Kawasan Pesisir dan Laut, Institut Teknologi Bandung (ITB), permukaan air laut Teluk Jakarta meningkat setinggi 0,8 cm. Jika suhu bumi terus meningkat, maka diperkirakan, pada tahun 2050 daera-daerah di Jakarta (seperti : Kosambi, Penjaringan, dan Cilincing) dan Bekasi (seperti : Muaragembong, Babelan, dan Tarumajaya) akan terendam semuanya. Sementara, pola pembangunan Sumatera yang mirip dengan Jawa juga potensi menyebabkan dua pulau ini hilang pada 2020 nanti.
Dalam kitab ilmu bumi, pulau jawa luasnya sekitar 129.000 km2. Menurut catatan, dahulu kala pulau jawa bersatu dengan sumatera. Bahkan pada pertengahan zaman Terzier, Nusantara bergabung dengan daratan asia tenggara. Jawa merupakan ujung dari semenanjung Asia Tenggara.
Pada jaman Pleistosin Tengah, es mencapai luas yang paling hebat dan permukaan laut menurun sampai 100 meter. Terjadinya pergerakan kulit bumi dan letusan gunung berapi ikut membentuk daratan. Terjadilah Daratan Sunda di Indonesia bagian barat, Sehingga seperti disebutkan Sumatera, Jawa, Kalimantan dan sulawesi bergabung dengan filipina yang selanjutnya bersatu pula dengan Taiwan di daratan Asia bagian Timur.
Sebuah ramalan tentang tanah Jawa telah ada berabad-abad yang lalu. Khususnya mengenai Kehancuran pulau Jawa setelah Seratus Tahun perang Sabil (hasil ramalan Raja Kediri Jayabaya) kehancuran tersebut karena beragam faktor : letusan gunung merapi sampai dengan tenggelam oleh air bah.
Pulau Jawa pun akan mengalami pergeseran dan pemisahan bagian menjadi sembilan pulau. Hal ini sesuai dengan hukum Geologis, bahwa sewaktu-waktu bumi ini akan mengalami pergeseran, baik akibat Gempa tektonik atau letusan gunung berapi. Adapun faktor penyebab yang menjadi kemungkinan pulau Jawa ini bisa tenggelam dapat saja timbul. Misalnya karena faktor manusianya sendiri, akibat manusia banyak melakukan kejahatan dan dosa besar lainnya. Sehingga energi negatif yang beredar diserap oleh alam pulau jawa yang mengakibatkan ketidakseimbangan pulau Jawa.
Yang menjadi faktor alam adalah adanya pengaruh global yang berupa perubahan iklim dan cuaca sehubungan dengan aktivitas manusia di beberapa negara industri. Penyebaran polusi dan pengrusakan efek rumah kaca telah terjadi selama hampir 300 tahun sejak revolusi Industri. Aktifitas yang demikian itu menimbulkan lapisan ozon berlubang dan semakin hari semakin besar, efeknya adalah radiasi cahaya matahari tidak langsung diserap atmosfir bumi namun langsung jatuh ke bumi, pemanasan global pun agaknya semakin hari akan menjadi kenyataan. Suhu bumi semakin panas. Dikutub efek dari pemanasan ini bisa mencairkan es sehingga menambah volume air laut. akibatnya beberapa kota pantai dunia bisa tenggelam akibat meluapnya air laut. Pulau jawa yang kini memiliki banyak kota pantai akan terkena imbasnya. Bukan musathil suatu saat kota-kota itu akan hanyut tenggelam bila air laut meluap naik ke daratan. Sementara besarnya gelombang yang terjadi akibat Tsunami (seperti di ceh dan Pangandaran) cukup sulit dibendung dan diantisipasi.
Kisah tentang tenggelamnya peradaban-peradaban kuno seperti Benua Atlantik adalah suatu contoh bahwa kekuatan alam tidak bisa dihentikan oleh manusia. Setidaknya harus dengan kesadaran dan niat dari manusia untuk melakukan pencegahan sebelum hal itu terjadi. Semoga pulau Jawa tidak tenggelam seperti ramalan para pujangga tempo dahulu.


PENYEBAB MENIPISNYA LAPISAN OZON


penggunaan CFC sejak diusulkan oleh Komunitas Eropa (sekarang Uni Eropa) pada tahun 1989, yang juga disetujui oleh Presiden AS George Bush.

1991 Untuk memonitor berkurangnya ozon secara global, National Aeronautics and Space Administration (NASA) meluncurkan Satelit Peneliti Atmosfer. Satelit dengan berat 7 ton ini mengorbit pada ketinggian 600 km (372 mil) untuk mengukur variasi ozon pada berbagai ketinggian dan menyediakan gambaran jelas pertama tentang kimiawi atmosfer di atas. 1995, lebih dari 100 negara setuju untuk secara bertahap menghentikan produksi pestisida metil bromida di negara-negara maju. Bahan ini diperkirakan dapat
penggunaan CFC sejak diusulkan oleh Komunitas Eropa (sekarang Uni Eropa) pada tahun 1989, yang juga disetujui oleh Presiden AS George Bush.

1991 Untuk memonitor berkurangnya ozon secara global, National Aeronautics and Space Administration (NASA) meluncurkan Satelit Peneliti Atmosfer. Satelit dengan berat 7 ton ini mengorbit pada ketinggian 600 km (372 mil) untuk mengukur variasi ozon pada berbagai ketinggian dan menyediakan gambaran jelas pertama tentang kimiawi atmosfer di atas. 1995, lebih dari 100 negara setuju untuk secara bertahap menghentikan produksi pestisida metil bromida di negara-negara maju. Bahan ini diperkirakan dapat

Hindari Penipisan Lapisan Ozon

TENGGARONG - Salah satu permasalahan lingkungan global dan perlu mendapatkan perhatian,  di mana terjadinya penipisan lapisan ozon yang disebabkan penggunaan secara luas Bahan Perusak Ozon (BPO). Ozon merupakan suatu lapisan di atas bumi yang mempunyai fungsi penting dalam menjaga berbagai aspek kehidupan di bumi. Hal tersebut dikatakan Bupati Kukar Rita Widyasari melalui Asisten IV Bahrul dalam Workshop Perlindungan Lapisan Ozon Kementerian Lingkungan Hidup RI yang berlangsung, Jumat (27/5) di Pendopo Odah Etam Tenggarong.
Dijelaskan Bahrul, meskipun masalah ini sudah lama dibicarakan para ahli dan pemerhati lingkungan, bahkan berbagai kampanye mengenai perlunya menjaga lapisan ozon juga telah dilakukan, namun masih banyak yang belum menyadari betapa pentingnya menjaga lapisan ozon. Penggunaan senyawa-senyawa kimia yang digunakan secara luas oleh industri dan masyarakat untuk berbagai keperluan. Di antaranya sebagai pendingin  ruangan dan lemari es, blowing agent dalam proses pembuatan foam (busa), cairan pembersih (solvent), bahan aktif untuk pemadam kebakaran, bahan aktif untuk fungsi di pergudangan, produk pertanian dan kehutanan.
"Senyawa kimia tersebut dapat menyebabkan penipisan lapisan ozon, dan ultraviolet yang mencapai bumi semakin meningkat sehingga menyebabkan dampak negatif terhadap kesehatan yaitu, katarak mata, kanker kulit, serta menurunkan sistem kekebalan tubuh yang akan meningkatkan resiko terjadinya penyakit dan lainnya tidak hanya membahayakan jiwa manusia, tetapi juga hewan, tanaman dan bangunan," katanya.
Melihat berbagai dampak penipisan ozon terhadap lingkungan lanjut dia, perlu dilakukan tindakan, antara lain berupa peningkatan kemampuan institusi dan sumber daya manusia, pengendalian dan pengawasan impor dan penggunaan BPO, serta meningkatkan kesadaran seluruh pihak terkait bahan-bahan perusak ozon. "Oleh karenanya, saya mengharapkan kepada instansi terkait untuk segera menindaklanjuti surat dari Mendagri dan Gubernur Kaltim tentang pengawasan BPO melalui kegiatan pembentukan tim teknis perlindungan lapisan ozon tingkat kabupaten," harapnya.
Ditambahkan, pembentukan tim teknis ini nantinya mempunyai peran yakni melakukan pengawasan terhadap masuknya BPO yang sudah dihentikan impornya, mengawasi pengelolaan BPO terhadap bengkel dan perusahaan jasa perawatan pendingin dan penggunaan halon, menginventarisasi penggunaan BPO dan menyiapkan draf Peraturan Daerah (Perda) tentang pengawasan BPO. 

 

Dimanakah Kita di Jagad Raya Ini ?

Bisakah anda lihat dimana bumi ? sebesar apakah anda ? dan apa yang kita banggakan….? dan coba anda liat di bawah ini…..
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan. Q:S (al-Baqarah 164 )
Buat smuanya,,bagikan berita ini..agar mereka semua sadar bahwa kita tidak boleh sombong..msh bnyak ciptaan Allah yang lebih besar dari kita..Jika Allah sudah murka..dunia ini akan hancur..sadarlah mulai dri skarang,,InsyaAllah kita menjadi orang-orang yang di cintai oleh Allah SWT.amien (Tsalisya Nabila)

Jumat, 10 Juni 2011

Kabar Gembira, Lubang Ozon Mengecil


Peneliti mengkalkulasi, lubang ozon di atas kutub selatan telah menyusut hingga 15 persen dibandingkan pada saat lubang ozon mencapai titik maksimalnya di tahun 1990-an. (techmill.net)
BERITA TERKAIT
Untuk pertama kalinya, ilmuwan menemukan bukti yang meyakinkan bahwa lubang raksasa akibat polusi kimia di lapisan ozon terus menyusut. Artinya, kebijakan Protokol Montreal yang diterapkan sejak 22 tahun lalu menuai hasil.

Pada protokol yang ditandatangani tahun 1989 disepakati penggunaan chlorofluorocarbons (CFC), bahan beracun yang biasa digunakan pada penyejuk udara dan lemari es tidak boleh lagi digunakan.

Dari penelitian, pelarangan itu telah membantu planet Bumi memulihkan sebagian lapisan ozon pelindungnya.

Sebagai informasi, lubang ozon bukanlah benar-benar lubang, melainkan sebuah kawasan di atas kutub di mana lapisan ozon yang umumnya memiliki kandungan molekul O3 setebal sekitar 24 kilometer tergerus menjadi sangat tipis. Padahal, lapisan ini merupakan pelindung planet Bumi dari radiasi sinar Matahari.

Bukti-bukti bahwa lapisan ozon, khususnya di kawasan kutub selatan kembali menebal merupakan kabar gembira bagi kehidupan di dunia. Pasalnya, lapisan ozon mampu menyerap hingga 99 persen sinar ultraviolet frekuensi tinggi hingga Bumi bisa dihuni makhluk hidup.

Sebelum ini, ilmuwan pakar atmosfir menemukan bahwa jumlah CFC yang menyebabkan penipisan ozon di startosfir (salah satu lapisan di ketinggian antara 8 sampai 50 kilometer) di atas kutub utara, terus menurun.

Peneliti memperkirakan penurunan jumlah CFC berpotensi meningkatkan ketebalan lapisan ozon di kawasan itu. Namun selama ini peneliti belum bisa memastikannya. Salah satu alasannya, ketebalan lapisan ozon berfluktuasi secara dramatis dari musim ke musim. Sehingga besarnya lubang ozon sulit dilakukan.

Kini, sekelompok peneliti lingkungan yang diketuai Murry Salby, dari Macquarie University, Sydney, Australia, berhasil menemukan penyebab terjadinya fluktuasi ketebalan ozon. Dengan menghilangkan fluktuasi itu dari data yang dikumpulkan, peneliti bisa menghasilkan data perubahan sistematik pada lapisan ozon kutub selatan.

Pada laporan yang dipublikasikan di jurnal Geophysical Research Letters, peneliti mengalkulasi, kini lubang ozon di atas kutub selatan telah menyusut hingga 15 persen dibandingkan pada saat lubang ozon mencapai titik maksimalnya di tahun 1990-an.

“Temuan ini merupakan bukti yang dihasilkan dari penelitian yang meyakinkan seputar pulihnya lapisan ozon,” kata Adrian McDonald, ilmuwan pakar atmosfir dari University of Canterbury, Christchurch, Selandia Baru, seperti dikutip dari LifeLittleMysteries, 20 Mei 2011.

McDonald menyebutkan, temuan ini merupakan contoh di mana jika signifikansi data-data statistik cukup tinggi, Anda bisa melihat pola dengan lebih jelas dan  bisa meyakini data tersebut.

Bumiku Sayang, Bumiku Malang




SEIRING dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka peradaban manusia semakin maju. Hal ini mengakibatkan meningkatnya tingkat kebutuhan dan keperluan manusia dalam berbagai bidang. Apalagi dalam hal kebutuhan sumber daya alam yang langsung disediakan oleh alam. Alam pada dasarnya telah menyediakan kebutuhan dasar manusia, namun seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk manusia serta bertambahnya kebutuhan manusia, maka alam mengalami penurunan dalam menyediakan kebutuhan manusia.

Menjelang abad ke-21, terjadi beragam bencana yang belum pernah terjadi sebelumnya. Adanya berbagai fenomena alam yang merugikan manusia antara lain global warming, el nino, la nina, badai dan angin puting beliung serta gunung meletus senantiasa menyertai kehidupan manusia di abad ini. Selain karena kondisi alam yang semakin menurun karena terjadinya degradasi lingkungan, terdapat juga peran yang tidak bisa dihindarkan yaitu rendahanya perhatian manusia terhadap kondisi lingkungan sekitarnya.

Sesuai dengan hukum Malthus, yakni pertambahan jumlah manusia sejalan dengan deret ukur, sedangkan peningkatan produksi sumber daya alam sejalan dengan deret hitung, maka hal ini menyebabkan ketimpangan yang tidak seimbang antara alam dan manusia. Sehingga ada dua hal yang mengakibatkan kerusakan lingkungan yaitu dari internal lingkungan itu sendiri dan eksternal, yang merupakan manusia sebagai pelaku yang ada di lingkungan tersebut.

Saat ini, ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk menyelamatkan lingkungan. Persoalan tentang kesadaran menjadi hal yang primer dalam upaya merehabilitasi dan memperbaiki kondisi lingkungan itu sendiri. Mind set manusia tentang keselamatan lingkungan harus menjadi prioritas yang tak boleh dilalaikan lagi sebab kondisi lingkungan yang baik merupakan kebutuhan wajib agar manusia mampu bertahan hidup. Seperti kata AA Gym, mulai dari sekarang, mulai dari diri sendiri, mulai dari yang terkecil menjadi hal yang paling mudah dilakukan dalam upaya penyelamatan lingkungan.

Yang kedua yang bisa dilakukan adalah melakukan gaya hidup “green life style” yang mengedepankan prioritas terhadap lingkungan. Hal ini sangat mudah diterapkan dalam kehidupan kita sehari-hari, namun perlu pembiasaan agar tidak menjadi hal yang berat untuk dilakukan secara berulang-ulang.
Misalnya melakukan pemilahan sampah menjadi tiga macam: organik, anorganik, dan barang pecah belah. Hal ini mampu mengurangi secara signifikan kerusakan yang terjadi di dalam tanah karena pembusukan yang tidak sempurna mampu ditanggulangi melalui aktivitas ini.

Selanjutnya adalah berorientasi jangka panjang dengan melakukan penghematan terhadap sumber-sumber alam yang tidak terbarukan. Penelitian menunjukkan bahwa cadangan sumber daya alam yang ada di dunia akan dengan mudah habis dalam jangka beberapa puluh tahun ke depan jika penduduk bumi tetap mempertahankan gaya hidup yang boros dan tidak peduli dengan lingkungan. Hal ini seharusnya menjadi penanda bagi kita agar setiap kita
(baca: masyarakat bumi) memahami dan memperdulikan kondisi lingkungannya.

Apalagi sebentar lagi kita akan memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia, yaitu pada 5 Juni 2011. Hal ini seyogyanya telah menjadi alaram bagi kita agar kembali menengok ke belakang, apa yang telah kita lakukan untuk bumi kita tercinta? Sudahkah kita menaruh sedikit kepedulian terhadapnya? Sudahkah kita melakukan banyak hal atas apa yang kita lakukan di atas bumi kita tercinta ini? Karena pada dasarnya bumi tempat kita berpijak ini bukanlah warisan nenek moyang kita, tapi lebih dari itu, bumi yang sekarang menjadi rumah bagi hampir dua miliar penduduk bumi ini adalah warisan yang harus kita berikan kepada anak cucu kita nantinya.

Mari untuk Hari Lingkungan Hidup Sedunia, kita persembahkan suatu yang berbeda terhadap bumi kita. Persembahan terbaik bahwa kita telah sadar dan ingin melakukan yang terbaik bagi lingkungan hidup kita.

 

Andhi Susanto
Mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional
Universitas Gadjah Mada (UGM)
Kepala Departemen Humas&Jaringan, UKM Pengkajian dan Penelitian Gama Cendekia UGM